Eco Traveling, Cara Asyik Menjaga Bumi

        Halo sobat blogger, masih rajin nulis nggak? udah lama sekali saya nggak nulis di blog. Beberapa kali mau nulis tapi terlalu mager. Saya cek teman-teman blogger lain juga banyak yang nggak update, alhasil jadi makin males baca blog orang karena nggak banyak yang baru. Apakah ini akhir dari era blogging? naas banget ya hihihi, sekarang blogger makin nggak punya audience di era gempuran konten video vertical. Meski begitu saya usahakan tetap nulis di blog ini untuk catatan fosil bagi siapa saja yang baca di masa depan. Itupun kalau Google nggak shutdown platform Blogger :(

        By the way, Akhir-akhir ini saya baru mulai rajin olahraga lari [ya terus?]. Itu juga salah satu alasan kenapa saya jarang buka blog [ya ya ya]. Sebenarnya bisa dibilang saya olahraga lari karena ikut-ikutan alias fomo. Bukan fomo karena lihat konten di media sosial, tapi karena teman saya. Kenapa tuh? Jadi gini, dulu saya punya teman masa kecil yang pindah dari kampung ke kota dan sekolah di sana. Namanya Eko S******n, biasa dipanggil Wawan karena nama belakangnya "Setiawan". Ada wan wan nya  [ngapain tadi disensor kocakkk]. Di tahun 2025 ini  merupakan tepat 15 tahun kita baru berjumpa lagi. Fun fact, saya baru tahu kalau nama aslinya adalah Eko setelah sekian lama.

        Padahal beberapa tahun sebelumnya saya sempat beberapa kali berpapasan di masjid ketika bro ini pulang kampung, tapi anehnya dia nggak ingat muka saya [whatt? 🤔] saya putuskan untuk stay anonymous sementara sebelum akhirnya kita berkenalan lagi sambil bernostalgia masa kecil, awkward sekali hahaha.

        Nah, karena dia sering upload story pace lari STRAVA dia saya jadi makin tertantang untuk ikut-ikutan lari. [sebenarnya gw lari jauh sebelum lo pulang kampung ya wan, cuma belum terlalu niat aja. Jangan GR lo 😂]. Nggak-nggak, iya kok ada fomo-fomonya, dikit. Tapi saya seneng, karena bisa melawan rasa malas yang selama ini selalu menunda-nunda lari. Padahal segampang itu. Sekaligus saya jadi punya teman lari.

Baju oren: Wawan

        Sebagai pemula, lari dengan jarak 3K - 5K sudah cukup bikin ngos-ngosan. Belum lagi besoknya betis mulai terasa sakit dan susah untuk jalan, apalagi jongkok. Sesakit itu cuy! Maklum namanya juga pelari amatir. Yang tadinya tiap pagi cuma rebahan, kini otot kaki mulai dipaksa kerja keras dan sampai sekarang saya masih struggle di jarak 5K. Beda sama si Wawan yang udah level Up, kelihatan gampang banget long run lebih dari 10Km. [Puas lo]

        Beberapa waktu lalu saya dan si Wawan berencana lari pagi di daerah pesisir pantai suwuk tepatnya di jalan Jalur Lingkar Selatan-Selatan (JLSS). Selain Wawan ada temen saya lagi yang bernama Abdi. Kebetulan hari itu adalah hari minggu nggak ada jam kuliah, jadi saya ajak aja. Pagi-pagi sekali jam 5.30 sudah jalan menuju ke sana karena dari rumah ke pantai jaraknya lumayan jauh. Nggak mau dong gagal menikmati suasana pagi di pesisir sambil running. Beuh, nikmat mana lagi.

Nih bebenguknya (Abdi - Saya - Wawan)

        Pengalaman lari  di Jalur Lingkar Selatan-Selatan (JLSS) begitu mempesona, pemandangannya indah. Sebelah barat di kelilingi bukit bak dinding yang membatasi dua wilayah yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap. Jalanan aspal yang lebar dan masih mulus, serta suara deburan ombak laut Samudera Hindia di sebelah selatan. Banyak orang yang juga berolahraga di hari itu. Ada yang lari, ada juga yang bersepeda.

Nemu temen di jalan

        Lari kali ini di pantai suwuk cukup 5K, udah bikin ngos ngosan dan laper. Lho ya iya endingnya pasti lah ke pantai, makan mendoan. Sebelum makan kita juga sempat lari di pinggir pantai. Foto doang sih aslinya.