Pengalaman CT Scan Kepala yang Bikin Dag Dig Dug

Postingan ini masih dalam rangkaian lanjutan postingan sebelumnya saat saya dirawat setelah mendadak kejang karena epilepsi. Kebetulan waktu itu saya dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. Besar loh rumah sakitnya, sudah diklasifikasikan kategori B. Eh, kita nggak mau bahas ini.

Sebelumnya saya belum pernah menjalani observasi lanjutan dari epilepsi ini. Selama ini saya hanya menjalani terapi obat dari dokter neurologi berdasarkan keluhan saya (yang sebenarnya itu adalah keterangan saksi. kan saat kejang saya nggak sadar), saya cuma bisa merasakan pasca kejangnya aja setelah sadar.

Setelah drama di IGD karena nggak bawa Identias, akhirnya saya fix masuk rawat inap. Pas di IGD saya tuh nggak ngeh mana yang dokter mana yang ners/perawat, karena yang saya rasain bener-bener kaya orang mabok. (mungkin ya!! mungkin!! belum pernah beneran soalnya!!) kira-kira begitu lah.

Lalu seorang mas-mas perawat datang memasang infus, umurnya mungkin sekitar 30an. Saya nggak bisa melihat dengan jelas karena mata saya masih berat dan masih sensitif banget sama cahaya. Saya beneran nggak bisa berkutik lagi ketika mas mas itu mulai meraba-raba tangan saya dan menusukkan jarum infus. Saya nggak bereaksi sama sekali. Saya kan nggak takut jarum suntik. Lagian rasanya juga nggak sebanding dengan rasa sakit di kepala saya.

Kemudian saya dibawa ke radiologi untuk dilakukan CT Scan. Tapi kok, kenapa pake ambulance? mas-mas perawat tadi pulak yang nyupir, whatt? ah mungkin karena emang nggak urgent, jadi dia sekalian nyupir tanpa ada yang menemani saya di belakang. Tapi mungkin juga karena dia Ners Emergency juga nggak sih? mesti improvisasi. Saya juga masih agak mandiri bukan yang kritis. Mas nya nyupir, saya duduk di belakang, tadinya saya mau ditempatkan di brankar tapi akhirnya saya disarankan di tempat duduk pasien samping, dan yap, nyaman banget cuy hahaha.

Rupanya jarak IGD ke bagian radiologi lumayan jauh jadi harus dibawa pake mobil ambulance. Habis itu Perawat menatih saya ke kursi roda, jaraknya lumayan jauh lagi. ah gila ini mas nya dorong kursi roda sampai ke ruangan CT Scan, jauh loh. Saya jadi nggak enak. Sangat berdedikasi, naikkan gaji dia!

Di dalam Ruangan CT Scan

Jadi begini rasanya di ruangan CT scan. Dingin banget cuy, kayak lagi di kutub. Saya sampai menggigil atau respon tubuh saya yang  memang belum normal? Kemudian saya dibaringkan di semacam tempat tidur dan ada bagian untuk posisi kepala pasien. Saya disuruh jangan banyak bergerak berkali kali sama operator tapi saya nggak kuat karena kedinginan. Akhirnya saya diselimutin kain banyak banget sampe berat kaya ditindihin tumpukan baju belum disetrika wkwk. Itu aja saya masih kedinginan loh.

Abis itu mesin mulai beroperasi, lagi-lagi opearator menyuruh saya biar nggak banyak bergerak dengan nada lembut dan sopan. Tempat berbaring pasien bergerak maju mundur (cantik), dan bagian kepala memasuki area mesin yang berbentuk donat. Saya cuma bisa memejamkan mata dan menahan diri biar nggak bergerak sambil kepikiran, gila canggih bener nih mesin, bisa-bisanya kepikiran buat nyiptain alat kaya gini. Takut juga sih kalau ada benda nyempil di kepala saya. Astaghfirullah.

Di sisi lain saya takut, takut sama hasilnya. Pokoknya pikiran saya waktu itu macem-macem. Semoga nggak ada pendarahan, semoga nggak ada tumor, semoga nggak ada apa-apa, pokoknya takut. Tapi dengan mempertimbangkan rasa sakit ini, pasti ada apa apa. 

Selesai scan, saya keluar dan jalan kaki sendiri ke ambulan. Udahlah mas saya jalan sendiri aja, dalam hati. Mas nya pun heran karena ditanya perawat lain ngapain, lah ini pasiennya jalan sendiri wkwk. Tapi masnya tetep waspada di pinggir saya. di dalam Ambulance saat balik ke IGD tiba-tiba saya bilang gini "Udah enakan mas" otak saya kaya baru nyambung tiba-tiba deh tapi masih terasa sakit, masnya pun bilang "udah enakan?" sambil serius nyupir di tikungan jalan. "iya" Sampai di IGD saya ngabruk lagi di brankar lalu diantar ke ruangan rawat inap.

Hasil CT Scan

Nah, ini yang paling saya takutkan. Saat rawat inap saya tuh sama sekali nggak diinformasikan atau apalah tentang hasil CT Scan itu. Saya kepikiran terus dong. Pertanayaan dokter juga template banget. Saya juga nggak nanya, lupa terus.

Sepulang rawat inap selang beberapa hari, saya ambil hasil scan itu, untungnya ada layanan via online. Jadi nggak perlu repot-repot ke rumah sakit. Setelah dapat filenya, aduh saya beneran takut dag-dig-dug nggak berani buka. Ah bodo amat saya langsung buka, uwauw (*sound effect) Apaan nih?!, syukurlah nggak ada indikasi-indikasi yang saya takutkan sebelumnya. Lega rasanya.


Tapi ternyataaa ada satu kesimpulan negatif bahwa saya didiagnosa edema cerebri. Kondisi dimana otak mengalami pembengkakan. Kemungkinan itu komplikasi akibat kejang. Tidakkk, beberapa hari kemudian saya mendatangi pawang saya yaitu dokter spesialis buat minta edukasi.

Kesimpulannya, otak saya is fine. Kadangkala kalau terlalu capek aktifitas listrik jadi nggak normal dan overload, jadinya kejang. Saya juga jadi lebih semangat dan lebih menjaga nikmat sehat yang diberikan tuhan. Saat tulisan ini dibuat saya masih dalam pemulihan, saya minum obat setiap hari dan sudah feeling better dari sebelumnya. Nikmat sehat memang mahal, jangan lupa untuk terus bersyukur.
Posting Komentar