Melamun sudah biasa kalau sedang sepi, saya lihat ada sebuah mobil berwarna hitam menuju toko sebelah. Banyak juga penumpangnya, semuanya perempuan. Pasti geng karyawan mau nyeblak. Lalu saya lanjut scroll medsos yang berusaha saya hindari.
Di suasana sore yang mendung dan bising kendaraan. Pikiran saya mulai terfokus dengan suara perempuan menangis. Menangis? sepertinya nggak. Lebih tepatnya suara histeris ketakutan yang berusaha saya fokuskan apakah halusinasi atau nyata.
Saya lihat dua orang di seberang jalan berdiri memperhatikan toko sebelah. Saya nggak bisa langsung melihat toko sebelah karena blind spot. Pasti ada sesuatu di sana. Saya bergegas melompat pembatas rantai ke toko sebelah.
Benar saja, seorang wanita tergeletak. Kesurupan, ah nggak juga. Badannya kaku dan diam sedikit gemetar. Mulutnya berbusa. Ah dia kejang epilepsi. Pikiran saya mulai ngeblank untuk memproses suasana yang penuh kepanikan. Beginikah orang-orang panik saat saya kejang. Apalagi kejang yang saya alami lebih parah.
Miringkan! orang-orang malah menggotongnya ke tempat lebih aman, padahal di situ saja sudah cukup aman. Gerakannya jadi agak tertahan. Orang-orang malah berkerumun menghalangi space untuk bernapas si wanita yang sedang kejang ini.
Saya pikir ibu- ibu yang histeris tadi adalah ibunya, ternyata bukan. Kemungkinan teman satu kantor. Tangannya gemetar dan lemas. Saya berusaha menenangkan. Sambil saya beri tips biar nggak terlalu panik jika menghadapi situasi yang sama.
Selesai kejang, ibu-ibu ini bertanya ke wanita tersebut dia kenapa? namun si wanita ini bilang memangnya kenapa? persis seperti reaksi saya jika kejang. Hanya saja saya lebih sering terdiam akibat kejang parah, disorientasi waktu dan sakit kepala hebat.
Wanita ini pasti lupa ingatan beberapa menit sebelum kejadian dan bingung. Saya bersiap untuk mengantisipasi efek dari kejang seperti muntah. Kalau ditanya dia kenapa tentu nggak ingat, bagaikan mati suri melewati lorong waktu. Begitulah kira-kira yang ada di pikiran orang dengan epilepsi usai kejang. Saya jelaskan apa yang terjadi, mbaknya kejang. Apakah ini pertama kali atau sudah berobat rutin? wanita ini hanya mengangguk.
Seseorang menyodorkan segelas teh hangat. Tapi saya menyuruhnya untuk kasih jeda agar si wanita ini bernafas dengan tenang dan tidak tersendat air liurnya sendiri.
Dari kejauhan sepertinya dia nampak baik sedikit mengalami pusing. Tuturnya. Akhirnya mereka pergi dan membungkus seblak yang mereka pesan.
Komentarnya dong. Kamu juga bisa komentar anonymously 🕵🏻♂️